Inti dari iklan itu adalah kita (sebagai orang tua) wajib memberikan pilihan terbaik buat anak tersayang. Tidak boleh ada istilah ‘coba-coba’ yang bisa merugikan atau membahayakan kesehatan anak. Jadi orang tua tidak boleh ngawur saat memilih sebuah produk. Konon … begitu artinya!
Saya tidak akan membahas soal iklan dan promosi itu. Saya (pribadi) hanya bisa ngelus dada ketika membaca berita ini :
Ekonom dari Econit, Hendri Saparini, menyatakan, model pengambilan kebijakan BBM bersubsidi yang ada saat ini merupakan bentuk buruk kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah. Bukannya mendasarkan kajian dan berkesinambungan, pemerintah justru terkesan coba-coba atau testing the water sebelum menetapkan kebijakan. [kompas]
Ada hal yang wajib dicatat yaitu :
- bentuk buruk kebijakan publik
- pemerintah justru terkesan coba-coba atau testing the water
Waduh! Tragis!
Ketika berbicara soal ‘Buat anak kok coba-coba?’ orang tua kepada anak mungkin hanya menyangkut 1, 2, 3, 4 anak saja dalam sebuah keluarga. Tetapi kalau bicara soal pemerintah dan rakyatnya maka ‘WOW - Dahsyat, man!’ akibat yang ditimbulkan oleh sebuah kebijakan pemerintah akan berpengaruh pada hidup dan kehidupan jutaaan, bahkan puluhan juta rakyatnya.
Rasanya, sudah beberapa kali ada kebijakaan yang tidak merakyat dan hanya menguntungkan segelintir pihak dan oknum yang terlibat di dalamnya. Apakah anda tahu? Ayoo sebutkan …
Enggak eloklah jika negeri ini menjadi sebuah laboratorium raksasa dan rakyat adalah sekumpulan kelinci untuk sebuah proyek percobaan. Pemerintah harus benar dalam memencet kalkulator-nya karena banyak aspek yang timbul dari sebuah kebijakan dan keputusan mulai dari aspek ekonomi, hankam, budaya, psikologi, sosial, politik dan lain-lain karena aspek itu saling mempunyai keterkaitan. Kebijakan artinya ya bijak, atau orang bule menyebutnya ‘wise’
Buat rakyat kok coba-coba? Apa kata duniaaaaaa?
CAPEEEEE DEEEHHHHHH …
Repost dari StartUp Blogger
0 comments:
Post a Comment